بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.
“Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah
di sini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuatmu
bahagia? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini?”
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari guru,
“Ya,ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidupmu…”
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan guru itu
menunjuk pada seorang murid. “Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal
besar yang kamu temui? Berbagilah dengan teman-temanmu…”
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, “Seminggu yang lalu,
adalah masa yang sangat besar buatku. Orangtuaku, baru saja membelikan
sebuah motor, persis seperti yang aku impikan selama ini” Matanya
berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu.
“Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa
mengalahkan kebahagiaan itu!” Sang guru tersenyum. Tangannya menunjuk
beberapa murid lainnya. Maka,terdengarlah beragam cerita dari
murid-murid yang hadir. Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah
mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki
gunung. Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan
mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari
arah belakang.
“Pak Guru… Pak, aku belum bercerita” Rupanya, ada seorang anak di
pojok kanan yang luput dipanggil. Matanya berbinar. Mata yang sama
seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka
punya. “Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua”, ujar Pak Guru
kepada murid berambut lurus itu. “Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?”,
Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.
“Keberhasilan terbesar buatku, dan juga buat keluargaku adalah… saat
nama keluarga kami tercantum dalam buku telpon yang baru terbit 3 hari
yang lalu” Sesaat senyap. Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang
memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik,
bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, “Ha? aku sudah sejak lahir
menemukan nama keluargaku di buku telpon. Buku Telpon? Betapa
menyedihkan… Hahaha” Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, “Apa tak
ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu?”
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
“Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya.
Silahkan teruskan, Nak…” Anak berambut lurus itu pun kembali angkat
bicara. “Ya. Memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah aku
dapatkan. Dulu, Ayahku bukanlah orang baik-baik. Karenanya, kami sering
berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di
kejar polisi”
Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola
mata anak itu, dan ia melanjutkan. “Tapi, kini Ayah telah berubah. Dia
telah mau menjadi Ayah yang baik buat keluargaku. Sayang, semua itu
butuh waktu dan usaha. Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau
memberikan pinjaman modal buat bekerja.Hingga setahun lalu, ada
seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayahku. Dan kini, Ayah
berhasil.
Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan
kami tak perlu berpindah-pindah lagi.Tahukah kalian, apa artinya kalau
nama keluargamu ada di buku telpon? Itu artinya, aku tak perlu lagi
merasa takut setiap malam dibangunkan ayah untuk terus berlari. Itu
artinya, aku tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang aku sayangi.
Itu juga berarti, aku tak harus tidur di dalam mobil setiap malam
yang dingin. Dan itu artinya, aku, dan juga keluargaku, adalah sama
derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya” Matanya kembali menerawang.
Ada bulir bening yang mengalir. “Itu artinya, akan ada harapan-harapan
baru yang aku dapatkan nanti…”
Kelas terdiam. Pak Guru tersenyum haru. Murid-murid tertunduk. Mereka
baru saja menyaksikan sebuah fragme tentang kehidupan. Mereka juga baru
saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal: “Bersyukurlah dan berbesar hatilah setiap
kali mendengar keberhasilan orang lain. Sekecil apapun… sebesar apapun”.
Seringkali kita menilai sesuatu sesuai ukuran kita yang belum tentu
sesuai dengan ukuran orang lain.
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
0 komentar :
Posting Komentar